Senin, 21 Januari 2019

Petani Klaten: Kami Tak Nangis Karena Beras Impor, Prabowo Diminta Tidak Ngomong Sembarangan Lagi

Gerakan Petani Klaten Bermartabat aksi di Alun-Alun Kabupaten Klaten, Jawa Tengah | AKURAT.CO/Wijayanti

Ratusan petani yang tergabung dalam Gerakan Petani Klaten Bermartabat  melakukan aksi demonstrasi di Alun-Alun Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu (20/1/2019). Mereka memprotes pernyataan calon presiden Prabowo Subianto yang menyebut petani Klaten menangis karena kebanjiran beras impor saat panen.

Mereka melakukan long march dari Taman Lampion - Jalan Pemuda - simpang empat Plaza Klaten. Kemudian mereka juga membentangkan spanduk, di antaranya bertuliskan Ojo Waton Muni, Klaten Gemah Ripah Loh Jinawi, Prabowo Asbun, Tolak Prabowo di Klaten.

Juwandi, koordinator aksi mengatakan pernyataan Prabowo Subianto yang disampaikan dalam pidato di Jakarta Convention Center pada Senin (14/1/2019) lalu, tidak benar.

"Kami tidak menangis karena beras impor. Kenapa, karena di Klaten tidak ada yang namanya beras impor. Klaten selama ini merupakan daerah penghasil beras nasional, jadi tidak mungkin ada beras impor masuk Klaten," katanya.

Menurutnya pemerintah membantu menyerap beras hasil panenan petani sehingga harga di pasaran tidak anjlok dan petani tidak merugi.

"Tahun lalu Klaten surplus beras sebanyak 131.000 ton, tapi harga tidak anjlok karena pemerintah membantu menyerap beras. Kalau mau bicara sebaiknya sesuai fakta jangan asal berbicara untuk kepentingan politik karena itu akan menyakiti petani," tambahnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Suroto. Ia mengaku  tak pernah melihat beras impor masuk Kabupaten Klaten. Pasalnya hasil petani di Kabupaten Klaten setiap tahun melimpah dan bahkan dijual ke daerah lain seperti Jakarta, Surabaya, hingga luar Jawa.

"Tolong kalau ngomong jangan sembarangan, apalagi demi politik. Kami, petani sudah meneteskan peluh dan keringat untuk menggarap sawah dan menghasilkan beras berkualitas," ujar Ketua Gapoktan Ngupadi Bogo, Desa Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara.

Suroto berharap dengan adanya aksi ini mampu menambah semangat petani di Klaten untuk menghasilkan beras yang berkualitas. Terlebih lagi selama ini Kecamatan Delanggu dikenal sebagai daerah lumbung pangan dengan beras rojolelenya. Sehingga petani diharapkan tidak termakan isu yang dilancarkan. 

Dalam pidatonya, Prabowo Subianto menyoroti hal yang menurutnya menjadi persoalan bangsa. Antara lain, dia menyoroti kisah guru di Pekalongan yang gantung diri.

"Selama beberapa tahun terakhir ini, saya mendapat laporan ada belasan cerita tragis seperti Hardi ini. Ada kisah seorang guru di Pekalongan gantung diri. Terakhir tanggal 4 Januari yang lalu, Ibu Sudarsih di Desa Watusigar Gunungkidul gantung diri. Ini kisah-kisah yang masuk berita, yang tidak masuk berita mungkin lebih banyak lagi," katanya.

Kemudian kondisi petani di Klaten yang disebutnya banyak yang bersedih.

"Saya juga baru datang dari Klaten. Di situ petani-petani beras bersedih, karena saat mereka panen beberapa bulan yang lalu, banjir beras dari luar negeri. Saya juga baru-baru ini juga dari Jawa Timur, di sana banyak petani tebu yang bersedih karena saat mereka panen, banjir gula dari luar negeri."

Sementara itu, kata dia, banyak emak-emak mengeluh harga-harga sudah tidak terkendali dan tidak terjangkau. Harga telur, harga daging, harga beras, sudah sangat berat dirasakan oleh rakyat kita. "Bagaimana bisa, di republik ini harga gula tiga kali lebih mahal dari harga dunia," katanya.


Sumber: AKURAT.CO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar