Jumat, 25 Januari 2019

Jam Kiamat Berhenti Selama Dua Menit, Kiamat Makin Dekat?

Jam kiamat adalah benda simbolis rancangan Buletin Ilmuwan Atom (BAS) tahun 1947
 | GETTY IMAGES

Jam kiamat adalah benda simbolis rancangan Buletin Ilmuwan Atom (BAS) tahun 1947 yang berfungsi sebagai pertanda kemungkinan bencana global karena ulah manusia. Sebuah keadaan abnormal baru tercipta di mana "Jam Kiamat" terhenti dua menit sebelum "kiamat" atau "tengah malam".

Mengacu pada jam tersebut, bencana global disebut dengan "tengah malam", sementara seberapa dekat manusia dengan bencana global ditandai dengan sebutan "menit". Jam Kiamat adalah metafora untuk ancaman terhadap kemanusiaan dari kemajuan ilmiah dan teknis yang tidak terkendali.

Bencana-bencana global yang dimaksud oleh BAS adalah risiko perang nuklir dan perubahan iklim, meskipun tidak menutup kemungkinan terhadap faktor lainnya.

Pada hari Kamis lalu, BAS mengumumkan pengaturan ulang Jam Kiamat yang waktunya tidak berubah sejak tahun lalu. Menurut BAS, manusia saat ini menormalisasi keadaan berbahaya yang ada di dunia. 

Ini adalah kali ketiga di mana Jam Kiamat menunjukkan waktu begitu dekat dengan kiamat-pertama kalinya adalah saat Uni Soviet menguji bom hidrogen pada tahun 1953 dan yang kedua adalah tahun 2018 di mana para pemimpin dunia memberi sinyal perang nuklir.

"Meskipun tidak berubah dari 2018, pengaturan ini harusnya tidak dipandang sebagai stabilitas, tetapi sebagai peringatan bagi para pemimpin dan warga di seluruh dunia," ungkap Presiden dan CEO BAS, Rachel Bronson, dilansir dari laman BBC, Jumat (25/1).

"Keadaan abnormal ini terlalu mudah berubah dan terlalu berbahaya untuk diterima," tambahnya.

Mantan gubernur California Jerry Brown, yang menjabat sebagai ketua eksekutif BAS, juga menambahkan bahwa saat ini kemanusiaan berada di ujung tanduk.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa ancaman dunia saat ini bertambah, tidak hanya perang nuklir, namun juga peningkatan emisi karbon dan perpecahan diplomatik di seluruh dunia. Keadaan juga semakin buruk dengan risiko perang informasi untuk melemahkan demokrasi. 



Sumber: AKURAT.CO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar